Pertanyaan: Apa Perbedaan antara Inteligensia dan Berpikir?
Jawab:
Kecerdasan
atau intelijensia tidak sama dengan berpikir. Semua orang apapun
tingkat kecerdasannya, bisa dilatih untuk berpikir sehingga kualitas
pikiran akan meningkat, sehingga juga meningkatkan cara berpikir yang
lebih efektif, kreatif dan berkualitas.
Semua
orang dilahirkan dengan otak yang berpotensi, namun tidak semua orang
mempunyai kemampuan. (Potential vs Ability) (Potensi vs Kemampuan)
Contoh:
bayi yang dilahirkan bila dibesarkan oleh gorilla akan mempunyai
tingkah laku seperti apa yang dilakukan gorilla. Namun yang dibesarkan
oleh manusia mempunyai tingkah laku seperti manusia. Anak yang
dibesarkan oleh keluarga yang miskin akan mempunyai perilaku dan cara
pikir yang berbeda dengan anak yang dibesarkan oleh keluarga yang kaya,
berpendidikan tinggi.
Pertanyaan: Apakah Six Thinking Hats® bisa membesarkan otak dan potensinya?
Jawab:
Six Thinking Hats®
tidak meningkatkan atau membesarkan otak sehingga seseorang menjadi
lebih pintar atau lebih kreatif, namun membuat orang berpikir dengan
cara yang tidak biasa sehingga menemukan solusi atau penemuan baru. Itu
yang dikatakan sebagai suatu kreatifitas. Karena program ini mengajarkan
bagaimana memanfaatkan otak untuk berpikir sehingga seseorang terlatih
untuk menggunakan otaknya, meningkatkan kualitas berpikir sehingga hasil
akhirnya menemukan suatu yang kreatif.
Pertanyaan: Apakah otak yang bagus identik dengan tingkat kecerdasan dan kreatifitas yang tinggi?
Jawab:
Otak
yang bagus tidak berarti serta merta seorang anak mempunyai kemampuan
berpikir yang optimal. Kemampuan seorang anak untuk berpikir perlu
dilatih, agar otaknya bekerja maksimal untuk menghasilkan kualitas
pikiran yang maksimal dan berkualitas. Semua anak mempunyai otak yang
berpotensi untuk dikembangkan, namun tidak semua orang mengetahui
kemampuan atau keterampilan untuk itu.
Yang
kami lakukan adalah melatih kemampuan anak agar anak yang bersangkutan
cerdas menggunakan otak secara rekflektif dan terlatih untuk mendapatkan
solusi ketika menemukan masalah.
Pertanyaan: Apakah Six Thinking Hats®?
Jawab:
Six Thinking Hats®
adalah suatu metode untuk melatih kreativitas anak. Anak tidak saja
dilatih untuk berpikir kreatif melainkan juga dibekali dengan kemampuan
berpikir sistematikal, kemampuan untuk menerima dan menghargai pendapat
orang lain.
Program Six Thinking Hats®
dari Dr. Edward de Bono mengajarkan dan melatih anak untuk berpikir
dengan cara yang tidak biasa sehingga menemukan solusi atau penemuan
baru. Itulah yang dinamakan sebagai KREATIVITAS. Program ini mengajarkan
bagaimana memanfaatkan otak untuk berpikir sehingga seseorang terlatih
untuk menggunakan otaknya, meningkatkan kualitas berpikirnya sehingga
hasil akhirnya menemukan suatu yang kreatif.
Pertanyaan: Apakah CoRT®?
Jawab:
CoRT
singkatan dari Cognitive Research Trust. Program ini dirancang untuk
sekolah dan sekarang banyak digunakan di seluruh dunia: Australia,
Kanada Selandia Baru, Jepang, Malaysia, Malta, Serbia, Singapura,
Slovenia, Afrika Selatan, Italia, Inggris, Irlandia, USA Venezuela,
Filipina, Rusia dll .
Tujuan CoRT adalah sebagai berikut:
- Mengajarkan bahwa berpikir sebagai sebuah keterampilan.
- Mengembangkan keterampilan berpikir praktis.
- Mendorong siswa agar dapat menganalisa secara obyektif pada pemikiran mereka sendiri dan pemikiran orang lain, tidak berdasarkan pada ego dan emosi.
Pertanyaan: Apakah hubungan CoRT® dan Inteligensia?
Jawab:
Kutipan dari: David Perkins, Ph.D…. It is reasonable to conclude that the CoRT®
programme has considerable impact on thinking… Also, there can be some
impact on general measures of intelligence and on school performance…
CoRT® is straightforward, ingenious, and quite easy to apply. Intelligence can be taught by CoRT®…..
David
Perkins, Ph.D, seorang professor lulusan MIT (Massachusetts Institute
of Technology) yang sekarang mengepalai Project Harvard Zero di Harvard
University, menyimpulkan bahwa program CoRT® memiliki dampak yang cukup besar pada pemikiran ... Juga, ada beberapa dampak terhadap kecerdasan dan kinerja sekolah ... CoRT® sangat mudah, cerdas, dan cukup mudah diterapkan. Kecerdasan dapat diajarkan oleh CoRT®.
Harvard
Project Zero adalah suatu proyek penelitian dasar di Harvard Graduate
School of Education yang menyelidiki kapasitas manusia dan pemberdayaan
mereka. Selama bertahun-tahun, ia menjabat sebagai asisten direktur, dan
sekarang direktur senior dan anggota komite. Perkins melakukan
penelitian terhadap kreativitas dalam seni dan ilmu pengetahuan,
penalaran informal, pemecahan masalah, pemahaman, pembelajaran individu
dan organisasi, dan pengajaran keterampilan berpikir. Dia telah
berpartisipasi dalam proyek kurikulum menangani pemikiran, pemahaman,
dan pembelajaran di Kolombia, Israel, Venezuela, Afrika Selatan, Swedia,
Belanda, Australia, dan Amerika Serikat.
Pertanyaan: Anak-anak menyenangi
segala sesuatu yang mudah dan sulit untuk mengajak mereka berpikir
karena menurut kebanyakan orang berpikir itu selalu sulit. Benarkah
demikian?
Jawab:
Kebanyakan
kurikulum sekolah menciptakan soal yang sulit dengan tujuan untuk
melatih kemampuan berpikir siswa-siswinya. Tujuannya adalah untuk
melatih anak untuk mempunyai perjuangan untuk menyelesaikan soal atau
tugas tersebut, mempunyai kepuasan pada saat berhasil menyelesaikannya
dan belajar dari proses tersebut. Masih banyak yang beranggapan bahwa
ketika seseorang bisa menyelesaikan tingkat kesulitan tertinggi maka
hal-hal lain menjadi gampang dengan sendirinya. Kenyataannya dalam hidup
tidaklah demikian, banyak orang yang kompeten dalam hal-hal sulit
tampil tidak percaya diri dan gugup menghadapi persoalan kecil.
Dalam
mempelajari bidang apapun (tenis, musik, memasak, menjahit, komputer)
kita gunakan berbagai tingkat kesulitan. Untuk bisa mencapai suatu
keberhasilan, orang dituntut untuk menggunakan ketrampilan yang telah
dimiliki dan seiring dengan itu, mempelajari pengetahuan dan
keterampilan baru. Proses ini menumbuhkan rasa percaya diri dan semangat
untuk belajar. Akan tetapi bila tugas yang diberikan terlalu berat
orang akan cepat merasa putus asa dan berhenti berpikir, terlebih bila
tidak ada kesenangan dalam mengerjakan tugas tersebut.
Dalam
program kami, Dr. Edward de Bono menggunakan metode yang telah
dievaluasi tingkat kesulitannya. Tugas yang diberikan bukan tugas yang
paling sulit karena kami ingin melatih anak untuk BELAJAR berpikir dan
menanamkan bahwa BERPIKIR itu menyenangkan!
Pertanyaan: Ada nasihat turun
temurun bahwa ketika berpikir orang seharusnya menggunakan logika, bukan
perasaan. Betulkah demikian?
Jawab:
Justru
sebaliknya! Perasaan, emosi dan intuisi memainkan suatu peranan yang
sangat penting dalam berpikir dan mengambil keputusan. Tujuan dari
berpikir adalah untuk mengatur dunia internal atau isi pikiran kita,
agar kita dapat menerapkan emosi secara efektif. Karena pada akhirnya,
emosi memainkan peranan penting dalam pembuatan keputusan dan
pengambilan pilihan.
Pertanyaan penentu adalah KAPAN kita menggunakan perasaan, emosi dan intuisi yang ada!
Pertanyaan: Dalam hal apa pelajaran membatasi kreativitas seorang anak?
Jawab:
Sekolah
seharusnya menjadi wadah bagi para siswanya untuk mengembangkan
kreativitas, namun sering kali hal ini tidak tercapai karena kurikulum
atau kebutuhan untuk memberikan jawaban yang BENAR. Siswa hanya
diharapkan untuk menghafal berbagai pelajaran, yang selanjutnya akan
diuji dengan suatu pertanyaan dan pilihan ganda. Siswa gagal memahami
konsep dasar dan manfaat dari ilmu yang dia pelajari. Kemampuan untuk
berpikir kritis dan kreatif menjadi terkekang.
Pertanyaan: Di sini masih banyak
anggapan bahwa anak yang cerdas pasti anak yang kreatif. Dan anak yang
kurang cerdas tidak mungkin bisa kreatif. Benarkah?
Jawab:
De
Bono membedakan antara orang yang pintar, atau cerdas, dengan orang
yang berpikir atau pemikir, atau orang yang terampil berpikir.
Menyamakan kedua istilah tersebut akan merugikan dunia pendidikan.
Di
sini masih banyak lembaga pendidikan (baca: masyarakat) yang merasa dan
beranggapan bahwa anak yang cerdas tidak perlu penanganan lebih lanjut
untuk mengembangkan kreatifitasnya karena mereka dari sananya sudah
terampil berpikir. Sebaliknya, tidak banyak atau tidak ada yang bisa
dilakukan pada anak yang kecerdasannya rendah, karena toh anak itu tidak
akan bisa jadi pemikir handal. Hal ini merugikan perkembangan anak itu
sendiri, baik anak yang cerdas maupun anak yang kurang cerdas.
Kecerdasan
dan kemampuan berpikir digambarkan sebagai hubungan antara mobil dengan
supirnya, atau smartphone dengan user-nya. Sehebat-hebatnya mobil yang
dikendarai, kalau supirnya baru belajar, dipastikan berisiko menabrak.
Secanggih-canggihnya fitur smartphone, kalau yang menggunakannya gaptek,
fungsinya paling-paling berguna sebagai alat telepon dan untuk SMS
saja. Sebaliknya, supir yang terampil bisa memacu kendaraan menembus
kemacetan, menghindari kecelakaan. Atau user yang kreatif bisa
memanfaatkan HP jadul sekalipun untuk memenuhi aneka ragam kebutuhannya.
Pertanyaan: Di Indonesia banyak
kursus anak-anak yang bertujuan untuk mengembangkan kreatifitas anak.
Apa perbedaan antara Anda dengan kursus lainnya?
Jawab:
Kami
berbeda dengan berbagai macam kursus yang melatih anak untuk menjadi
lebih menguasai bahasa tertentu, keahlian berhitung, menggambar,
menyanyi dan lain-lain. Program kami khusus untuk melatih anak untuk
mampu berpikir kreatif, yang dapat diaplikasikan dalam segala bidang
pelajaran dan kehidupan sehari-hari anak itu sendiri.
Dalam
pertumbuhannya, anak akan menghadapi tantangan dan permasalahan di masa
depan yang akan menjadi semakin kompleks seiring perkembangan jaman.
Situasi ini hanya bisa disongsong dengan pemikiran yang jernih dan
konstruktif, dalam hal membuat keputusan, membuat pilihan, mengambil
inisiatif dan menjadi kreatif di aspek kehidupan pribadi maupun
interaksi dengan orang lain di lingkup pekerjaan maupun interaksi sosial
lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar